KUDUS — Dosen Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU), apt. Muhammad Nurul Fadel, M. Farm., berhasil membuktikan formula obat kumur dengan bahan dasar daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Steptococcus mutans penyebab karies gigi, dengan kategori lemah hingga sedang.
Kesimpulan tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan apt. Muhammad Nur Fadel setelah melakukan pengujian aktivitas antibakteri obat kumur dari esktrak daun Belimbing Wuluh.
Ia menjelaskan, hal yang melatarbelakangi penelitian ini karena adanya fakta karies gigi menyerang 70 persen penduduk Indonesia. Obat kumur sintetis yang dijual di pasaran memang efektif, namun menimbulkan efek samping, sehingga perlu alternatif alami.
Kemudian, dipilihlah daun Belimbing Wuluh sebagai bahan dasar formula obat kumur alami. Daun Belimbing Wuluh diketahui kaya akan senyawa flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid, dan alkohol yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiradang.
“Dengan menggunakan bahan-bahan tradisional sebagai antiseptik alami, juga bisa bermanfaat untuk menyembuhkan sariawan, gusi berdarah, dan sakit gigi,” terangnya.
Selama melakukan penelitian, apt. Muhammad Nur Fadel menggunakan desain ekseperimental dengan pendekatan Cross Sectiona dan metode pengujian Difusi Cakram (Disc Diffusion Method).
Sedangkan sampel daun Belimbing Wuluh diambil dari Desa Bandungrejo, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara.
Bahan-bahan yang digunakan untuk formula obat kumur terdiri atas: esktrak daun Belimbing Wuluh, gliserin, sorbitol, natrium benzoat, peppermint oil, dan aquadest.
Semuanya dibagi dalam tiga formula konsentrasi (Formula I 10% ekstrak, Formula II 15% ekstrak, Formula III 20% ekstrak dengan takaran bahan lainnya sama) dan kontrol positif (esktrak daun belimbing wuluh diganti Povidon Iodin) serta kontrol negatif (tanpa menggunakan semua bahan).
“Dalam melakukan evaluasi sediaan obat kumur, ada tiga pengujian yang kami lakukan. Yakni uji organoleptis, uji pH, dan uji viskositas,” ungkapnya.
“Kemudian, kami juga melakukan evaluasi terhadap semua formula dalam zona hambat hari pertama hingga hari ke-14,” jelasnya melanjutkan.
Setelah melakukan rangkaian pengujian, ditemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh, semakin besar diameter zona hambat yang dihasilkan.
Berkaitan dengan stabilitas penyimpanan, tidak ada perbedaan signifikan antara hari pertama dan setelah 14 hari penyimpangan untuk semua parameter (pH, viskositas, dan aktivitas antibakteri).
Lalu dari 3 formula yang dilakukan, formula III (menggunakan 20 persen ekstrak daun belimbing wuluh), mendekati efektivitas Povidon Iodin 1 persen (yang digunakan dalam bahan obat kumur pada umumnya), dengan keunggulan sebagai bahan alami yang lebih aman dan tidak menimbulkan resistensi.
“Kesimpulannya, formula obat kumur daun belimbing wuluh dengan kosnentrasi 10-15 persen terbukti mampu menghambat peryumbuhan bakteri Steptococcus mutans dengan kategori lemah hingga sedang, dan memiliki stabilitas baik selama 14 hari penyimpanan,” tegas apt. Muhammad Nur Fadel.
Rektor UMKU, Dr. Edy Soesanto, S.Kp., M.Kes mengapresiasi hasil penelitian dosen UMKU tersebut. Pihaknya berharap, penelitian tersebut dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi banyak orang. (NR)



